NASI PENGGEL, SARAPAN SEDERHANA KHAS KEBUMEN
Jika
Pekalongan memiliki Sego Megono, Surakarta mempunyai Nasi Liwet, Cirebon memiliki Nasi Lengko,
maka Kebumenmempunyai Nasi Penggel. Sebutlah penggel
seperti kita menyebut ‘e’ pada pensil. Jika
berada di Kebumen pagi hari, adalah sebuah keniscayaan untuk mengecap rasa khas dari kuliner Kebumen yang memang hanya tersedia di kala pagi
ini.
Masih pagi sekali, mentari masih redup menampakkan jati diri
sehabis lelap dipeluk malam hari.
Namun, Dukuh Gunungsari, Desa Pejagoan, Kec. Pejagoan telah riuh dengan
kerumunan orang mengantri. Di
pinggir jalan raya, di dua sisinya, puluhan orang rela bangun pagi untuk mendapatkan sesuap Nasi Penggel yang dijual di beberapa lapak. Saya pun turut mengantri
sembari segar menghirup udara pagi di daerah yang terletak 2 km sebelah barat
alun-alun kota Kebumen.
Dari
beberapa penjual, lapak milik Melan (41) lah yang paling ramai. Nasi Penggel Pak Melan ini dikenal sebagai Nasi
Penggelpaling legendaris di
Kebumen. Melan tampak begitu
cekatan melayani permintaan para pengunjung yang seolah tidak ada habisnya.
Buka dari pukul 05.30, paling lama pukul 08.00 lapaknya sudah habis. Lapak lain
juga tidak jauh berbeda. Melan harus marathon mengambilkan sayur dan lauk untuk
pasangan Nasi Penggel yang disodorkan oleh para pelanggan.
“Kalau
nasinya ambil sendiri yah mas. Monggo,
terserah ambil berapa saja.” ungkap Melan berkali-kali seperti dia ingin
membuang rasa canggung dari setiap pembeli kepadanya. Istilahnya seperti,
“Anggap saja saudara sendiri. Silakan makan sepuasnya dan senikmatnya”
Mengambil
Nasi Penggel berarti mengambil nasi yang dibentuk bulat-bulat seukuran bola pingpong.
Nasi Penggel itu bermakna nasi yang dibulati. Saya mengambil 10 bulatan nasi
yang diwadahi dengan daun pisang yang dibentuk ‘pincuk’. Biasanya pembeli akan
mengambil 8-15 bulatan nasi dan menurut saya sejumlah itu sudah sangat
mengenyangkan. Bulatan Nasi Penggel ini diletakkan dalam bakul yang ditata
berlapis-lapis. Setiap lapisan Nasi Penggel akan dipisahkan dengan lembaran
daun pisang.
Nasi
yang diambil pembeli lalu disodorkan kepada Melan untuk dituangkan sayur dan
lauk. Sayur ini merupakan lodeh santan berbumbu gurih sederhana yang dicampur
‘gori’ atan nangka muda, daun singkong, tempe, tahu dan melinjo.
Adapun
lauk Nasi Penggel adalah kulit dan jeroan sapi seperti babat, iso, kikil,
‘tetelan’, jantung, ginjal, paru, dan semacamnya. Saya melengkapi
kenikmatan Nasi Penggel ini dengan memadankan dengan tempe mendoan dan teh
hangat. Dari sayur dan lauk Nasi Penggel ini, saya merasakan kentalnya
kesederhanan khas ‘wong cilik’ yang notabene menjadi mayoritas penduduk Kebumen.
“Kalau
daging sapi nanti jadinya harga mahal. Nanti sedikit yang beli. Ya, gini mas sederhana saja. Yang penting bisa
dinikmati semua.” ungkap Melan yang dari penampilannya juga menyiratkan orang
yang sungguh sederhana.
Menyantap Nasi Penggel paling khas adalah dengan sendok daun
pisang. Namun begitu, kebanyakan pembeli menggunakan sendok biasa yang dinilai
lebih praktis tanpa mengurangi kenikmatannya.
Tadinya Nasi penggel ini masih
berbentuk berbulat-bulat, tetapi jika sudah tercampur kuah sayuran dan lauk
maka akan perlahan hancur menjadi seperti nasi biasa. Kata Melan, meski akan
hancur juga saat dimakan, tapi dengan nasi dibulat-bulat, rasa nasi akan terasa
lebih gurih. Ketika membulati nasi, dia biasanya mengolesi tangannya dengan
‘lengo gurih’ alias minyak kelapa.
Melan
hanya buka lima hari dalam seminggu. Setiap Jumat dan Senin dia akan libur.
Namun, tetap saja ada tetangga dan kerabat yang menggantikan lapaknya sehingga
Nasi Penggel akan tersedia setiap hari. Daerah asalnya, yakni Dukuh Gunungsari,
Desa Karangpoh, Kec. Pejagoan, dikenal sebagai asal muasal penjual Nasi
Penggel. Selain di Tembana, masyarakat Gunungsari juga menjual Nasi Penggel di
beberapa lokasi di seantero Kebumen, seperti di Pasar Mertokondo dan Alun-alun
Kebumen.
Melan
adalah generasi ketiga penjual Nasi Penggel. Dia mewarisi langsung resep asli
Nasi Penggel dari kakeknya, Mbah Darnuji, yang lalu diturunkan kepada ibunya,
Biyung Marwiyah. Uniknya, dalam keluarga Mbah Darnuji, dari putra-putrinya
hanya Marwiyah yang bisa memasak enak Nasi Penggel. Dari keturunan Maryati,
juga hanya Melan lah yang cakap membuat Nasi Penggel. Meski begitu, resep
memasak ini terbuka untuk diajarkan kepada siapapun yang ingin berjualan Nasi
Penggel.
“Dulu,
simbah jualan Nasi Penggel dengan pikulan keliling Pasar Tumenggungan, Kebumen.
Karena sepuh lalu jualan di Tembana saja yang dekat.” ungkap Melan mengingat
kisah simbahnya berjualan Nasi Penggel mulai tahun 1940-an.
Setiap
hari, Melan paling tidak menghabiskan 15 kg atau jika ramai hingga 20 kg beras.
Dia pun bisa menjual seratusan pincuk Nasi Penggel. Per pincuk Nasi Penggel
lengkap sayur dan lauk dengan tempe mendoan dan teh hangat dijual seharga Rp 13
ribu rupiah. Dari jualan yang sederhana ini, dia bisa mengantongi pendapatan yang
lumayan. Katanya, cukup untuk mengepulkan dapur dan menyekolahkan tiga anaknya.
Saya lantas tertarik menanyakan sebab musabab dia hanya buka lima hari saja dan
saat pagi saja.
“Rejeki
itu yang cukup saja, mas. Aja terlalu ngoyo. Yang berlebihan itu tidak
baik. Saya bisa punya waktu cukup untuk istirahat, cukup dengan keluarga. “
ungkapnya lembut dalam logat ngapak sambil tak berhenti tersenyum.
Entah
kenapa selain Nasi Penggel yang dijualnya, saya tertarik dengan kepribadian
Melan. Pria yang selalu mengenakan kopyah ini terasa meneduhkan pagi itu. Dia
begitu sederhana nan bersahaja. Tampaknya kesederhanaan dirinya ini selaras
dengan kesederhanaan Nasi Penggel.
Itulah kenapa, jika pulang ke Kebumen, saya akan teringat
kesederhanan Melan dan teringat kesederhanaan kuliner Nasi Penggel. Saya pun
akan rela bangun pagi untuk sekedar sarapan Nasi Penggel Pak Melan meski dari
rumah saya jaraknya 13 km.
Lokasi
Lokasi
- Nasi Penggel dijumpai paling
nikmat pada sentranya di Dukuh Gunungsari, Desa Pejagoan, Kec. Pejagoan,
Kebumen. Dari Alun-alun Kebumen, tujulah menuju Jembatan Luk ulo Tembana
(ke utara lalu belok kiri dan tetap lurus dari perempatan Pasar Mertokondo).
Tak jauh dari jembatan, terdapat pertigaan dan beloklah ke kiri. Di situ
merupakan kawasan Nasi Penggel yang terdapat beberapa pedagang yang buka dari
jam 05.30 - 08.30 WIB.
- Sentra Nasi Penggel bisa dijumpai dengan titik koordinat lokasi pada -7.667833, 109.641112
- Sentra Nasi Penggel bisa dijumpai dengan titik koordinat lokasi pada -7.667833, 109.641112
Tidak ada komentar:
Posting Komentar